Saat ini, satu-satunya cara mendiagnosa penyakit Creutzfeldt-Jakob ini adalah dengan mempelajari jaringan otak pasien setelah pasien meninggal. Parahnya, kondisi ini tak ada obatnya.
Jika karakteristik ini bisa digunakan untuk mengembangkan tes umum pada penyakit ini, maka hasil yang diperoleh, bisa sangat membantu mencegah penyebarannya di antara orang.
Selain itu, salah diagnosa pada kasus demensia yang berpotensi dapat diobati pun dapat dikurangi, jelas para peneliti. Ilmuwan yakin, penyakit itu bisa menular dari sapi yang terinfeksi pada manusia.
Penularan terjadi ketika orang memakan daging sapi yang terinfeksi. "Tingkat protein transferin besi (Tf) secara signifikan menurun dalam cerebrospinal fluid (CSF)," kata studi.
Alhasil, sebelum penyakit mencapai tahap akhir, pasien bisa lebih awal didiagnosa, lanjut studi yang diterbitkan di jurnal ilmiah online PLoS ONE. Seperti dikutip Strait Times, karakteristik ini 80% akurat untuk pembedaan sapi gila dan demensia.
Studi ini dilakukan dan dipimpin Neena Singh dan rekan di Case Western Reserve University School of Medicine di Cleveland, Ohio.
sumber : teknologi.inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar